Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

05 Januari 2009

KARAKTERISTIK PRODUKSI KARKAS KAMBING PERANAKAN

OLEH :RANGGA YUDHA KURNIAWAN (9801053006-51)




HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan kecamatan Sukun, kota Malang. Kecamatan Sukun ini secara administratif merupakan salah satu dari 6 kecamatan dalam naungan pemerintah kota Malang. Sedangkan lokasi penelitian ini berjarak sekitar 50 meter dari jalan raya dan berada di pasar rakyat, namun berdekatan dengan rumah penduduk, yaitu sekitar 75 meter. Rumah Potong Hewan (RPH) ini adalah milik pemerintah daerah kota Malang, yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pemotongan. RPH ini merupakan salah satu fasilitas pemerintah yang digunakan untuk memperoleh pendapatan daerah selain untuk memenuhi kebutuhan daging layak konsumsi bagi masyarakat. Pengelolaan RPH ini dilakukan dalam mekanisme koordinasi Dinas Peternakan kota Malang.

Berdasarkan data Dinas Peternakan kota Malang, tingkat pemotongan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan daging di kota Malang cukup tinggi, baik itu sapi, kambing, kerbau maupun ayam dan unggas lain. Salah satu parameternya dapat dilihat dari frekuensi pemotongan kambing di lokasi penelitian yang mencapai 30 – 50 ekor per hari, dengan 90 % -nya berasal dari bangsa kambing Peranakan Etawah (PE).
Bobot Badan Kambing PE

Performan kambing PE di lokasi penelitian dapat diketahui dari bobot badannya tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Bobot Badan Kambing PE Hasil Penelitian
n Umur Bobot Badan (kg)
104 PI0 21,21 ± 6,02
78 PI2 23,28 ± 6,25
93 PI4 33,10 ± 4,95
13 PI6 38,08 ± 1,61
12 PI8 35,21 ± 8,02
Rata-rata 25,34 ± 8,25


Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pertambahan umur akan menyebabkan pertambahan bobot badan, hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian yang memiliki kecenderungan kenaikan bobot badan tiap tingkatan umur (PI0 : PI2 : PI4 : PI6). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gelaye dan Amoah (2001) yang menyatakan bahwa pertumbuhan diikuti dengan pertambahan umur dan pertambahan bobot badan. Pendapat Parakkasi (1983), mendukung hal tersebut karena pada umur muda, zat gizi yang dikonsumsi untuk pertumbuhan daging sehingga bobot badan yang dihasilkan tinggi dan pertumbuhan paling baik yaitu sampai umur 2,5 – 3 tahun (PI6), serta bertentangan dengan kurva pertumbuhan menurut Hammond, Mason dan Robinson (1971). Soeparno (1994) dikarenakan kurva pertumbuhan sigmoidal terbentuk bukan karena umur tetapi umur memberi kesempatan kepada ternak untuk tumbuh, mencapai dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan. Jadi, pertambahan bobot badan yang terjadi bukan karena umur tetapi karena adanya interaksi dengan lingkungan yaitu pakan dan manajemen pemeliharaan, sebagaimana pendapat Hardjosubroto (1994) yang menjelaskan bahwa keadaan lingkungan yang menunjang diperlukan untuk memberi kesempatan penampilan suatu sifat secara penuh, dan hal tersebut berlangsung seiring dengan pertambahan umur. Terpenuhinya makanan dan air sangat penting untuk mendapatkan performans dan kualitas produk yang baik.

Kecenderungan penurunan bobot badan kambing PE terjadi pada umur PI8 hal tersebut menunjukkan kesesuaian dengan pendapat Hammond, Mason dan Robinson (1971) yang menyatakan bahwa pertumbuhan postnatal mula-mula sangat lambat, kemudian cepat selanjutnya berangsur-angsur melambat dan berhenti setelah mencapai kedewasaan, yang bisa ditunjukkan dengan kurva sigmoidal pertumbuhan yang dihubungkan dengan umur ternak. Selain itu bila ditinjau dari sampel yang didapatkan di lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa sampel kambing PE umur PI8 yang dipotong diduga adalah ternak hasil seleksi sehingga didapatkan bobot badan yang lebih rendah dan memiliki tren menurun.

Tabel 3. Analisis Data Bobot Hidup Kambing PE Hasil Penelitian
PI0 vs PI2 PI0 vs PI4 PI0 vs PI6 PI0 vs PI8 PI2 vs PI4 PI2 vs PI6 PI2 vs PI8 PI4 vs PI6 PI4 vs PI8 PI6 vs PI8
S│A-B│ 0.9215 0.7817 0.7391 2.3878 0.8741 0.8741 2.4197 0.6791 2..3699 2.3562
t Hitung 2.2468 15.2042 22.8188 5.8618 11.2056 16.9258 4.9288 7.3335 0.891 1.2175
db 180 195 115 114 169 89 88 104 103 23
t 0,025 < < < < < < < < < <
t 0.005 < < < < < < < < < <
ket. ns ns ns ns ns ns ns ns ns ns
Ket : ns = non signifikan

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa diantara umur PI0; PI2; PI4; PI6; PI8 tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot badan kambing PE hasil penelitian terhadap umur. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur tidak mempengaruhi bobot badan kambing PE sesuai dengan pendapat Parrakasi (1983) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dari hewan bervariasi dan berubah-ubah berdasar pakan yang dikonsumsi.

Karkas Rata-rata persentase karkas kambing PE hasil penelitian adalah (46.53 ± 6.61)%. Hal ini cukup baik bila dibandingkan dengan pendapat Pinkerton dan McMillin (2004) ayang menyatakan bahwa persentase karkas kambing antara 35 % sampai 55 % dengan rata-ratanya adalah 45 % dan pada ternak kambing muda persentase karkasnya lebih tinggi bila kandungan lemaknya juga lebih tinggi.
Rata-rata bobot dan persentase karkas kambing PE berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Rata-rata Bobot dan Persentase Karkas Kambing PE Hasil Penelitian
n Umur Bobot Karkas (kg) % Karkas Bobot Badan (kg)
104 PI0 10,01 ± 2,67 48,01 ± 7,39 21,21 ± 6,02
78 PI2 10,52 ± 2,92 45,61 ± 6,93 23,28 ± 6,25
93 PI4 15,23 ± 2,18 46,38 ± 5,42 33,10 ± 4,95
13 PI6 17,12 ± 1,69 44,90 ± 3,45 38,08 ± 1,61
12 PI8 14,83 ± 3,16 42,46 ± 5,51 35,21 ± 8,02
Rata-rata 11,91 ± 3,47 46,53 ± 6,61 25,34 ± 8,25


Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa bobot karkas mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan kenaikan dan penurunan bobot hidup kambing PE (Tabel 2). Hal ini dapat dilihat pada bobot karkas umur PI6, yang menunjukkan bahwa bobot karkasnya merupakan yang tertinggi dan bobot hidup kambing PE pada umur PI6 juga merupakan yang tertinggi. Pada umur tersebut, kambing PE sedang berada pada fase kecepatan pertumbuhan spontan apabila dilihat pada kurva pertumbuhan menurut Hammond, Mason dan Robinson (1971). Pada PI6 dan PI8 juga dapat diketahui bahwa berat karkas mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan kenaikan dan penurunan bobot hidupnya.

Soeparno (1994) berpendapat bahwa pada ternak muda, deposisi lemak terjadi di sekitar viseral dan ginjal, dengan bertambahnya umur serta konsumsi energi, deposisi lemak juga terjadi diantara otot (lemak intermaskuler), lapisan bawah kulit (lemak subkutan) dan terakhir di antara ikatan serabut otot yaitu lemak intramuskular atau marbling. Ditambahkan oleh Hammond, Mason and Robinson (1971) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karkas adalah perbandingan antara otot, lemak dan tulang yang berubah selama pertumbuhan ternak. Menurut Parks (1982), bahwa selama pertumbuhan dan perkembangan, bagian-bagian tubuh mengalami perubahan, dari pertumbuhan tersebut mempengaruhi distribusi berat dan komposisi kimia komponen-komponen penyusun tubuh termasuk tulang, otot dan lemak.

Kambing PE memiliki persentase karkas tertinggi pada PI0 dan memiliki persentase karkas terendah pada PI8, hal tersebut menurut Parks (1982), dikarenakan lemak akan ditimbun selama pertumbuhan. Pada umur PI0 tersebut persentase karkasnya adalah (48.0136 ± 7.3944) %, hal ini cukup baik karena menurut Murtidjo (2004), seekor kambing PE dapat menghasilkan karkas sebesar 45 % dari bobot tubuhnya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa masyarakat peternak di lokasi penelitian menyembelih kambingnya pada saat muda, yang diketahui dari bobot badannya. Hal tersebut bertentangan dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa ternak biasanya disembelih mendekati akhir dari pertumbuhan pubertal antara satu setengah dan dua sampai tiga tahun saat dewasa tubuh tercapai. Pemotongan pada usia muda tersebut dikarenakan konsumen lebih menyukai daging kambing muda dan ditinjau dari segi ekonomis lebih menguntungkan bagi peternak karena pada usia tersebut persentase karkasnya tinggi dan dapat dikonversikan secara optimal terhadap pendapatan peternak. Analisis data bobot karkas kambing PE hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Analisis Data Bobot Karkas Kambing PE Hasil Penelitian
PI0 vs PI2 PI0 vs PI4 PI0 vs PI6 PI0 vs PI8 PI2 vs PI4 PI2 vs PI6 PI2 vs PI8 PI4 vs PI6 PI4 vs PI8 PI6 vs PI8
S│A-B│ 0.4214 0.34 0.5357 0.9503 0.4 0.5721 0.9713 0.5191 0.941 1.0260
t Hitung 1.1979 15.3432 13.2555 5.0709 11.7797 11.5298 4.4415 3.6299 0.4227 2.2242
db 180 195 115 114 169 89 88 104 103 23
t 0,025 < > > > > > > > < <
t 0.005 < > > > > > > > < <
ket. ns ** ** ** ** ** ** ** ns ns
Ket : ns = non signifikan
** = sangat nyata
Berdasarkan perhitungan uji t pada (Lampiran 7), dapat diketahui bahwa bobot karkas dibandingkan antar umur menunjukkan perbedaan yang sangat nyata kecuali pada umur PI0 vs PI2; PI4 vs PI8; dan PI6 vs PI8 tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot karkas kambing PE yang dipotong dibandingkan pada umur PI0 vs PI2; PI4 vs PI8; dan PI6 vs PI8 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot karkas dikarenakan menurut Hammond, Mason and Robinson (1971) perkembangan otot dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, nutrisi, bangsa dan fungsi dari otot, dan peran dari masing-masing faktor ini akan mempengaruhi karkas pada saat pemotongan. Analisis data persentase karkas kambing PE hasil penelitian tersaji pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Analisis Data Persentase Karkas Kambing PE Hasil Penelitian
PI0 vs PI2 PI0 vs PI4 PI0 vs PI6 PI0 vs PI8 PI2 vs PI4 PI2 vs PI6 PI2 vs PI8 PI4 vs PI6 PI4 vs PI8 PI6 vs PI8
S│A-B│ 1.0683 0.9157 1.1995 1.7491 0.9652 1.2366 1.7746 1.1088 2.8498 1.8566
t Hitung 2.2539 1.7807 2.5935 3.1726 0.8053 0.5685 3.1414 1.3351 1.3750 1.3133
db 180 195 115 114 169 89 88 104 103 23
t 0,025 > < > > < < > < < <
t 0.005 < < < > < < > < < <
ket. * ns * ** ns ns ** ns ns ns
Ket : ns = non signifikan
** = sangat nyata
* = nyata

Berdasarkan analisa data (tabel 6), dapat diketahui bahwa umur tidak berpengaruh terhadap persentase karkas yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase karkas kambing PE dalam tingkatan umur yang ada mempunyai kisaran persentase karkas yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi karkas kambing PE di lokasi penelitian tidak mengalami perubahan, akan tetapi bila ditinjau dari kuantitas karkas yang dihasilkan menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut berhubungan dengan bobot hidup kambing PE yang dipotong, semakin tinggi bobot hidup maka semakin tinggi pula bobot karkas yang dihasilkan. Sehingga untuk mendapatkan bobot karkas yang tinggi maka diperlukan bobot hidup kambing PE yang tinggi pula. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pinkerton (2003) yang menyatakan bahwa variasi komposisi tubuh atau karkas, sebagian besar didominasi oleh variasi berat badan
Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase karkas hasil penelitian yang dibandingkan dalam kelompok umur menunjukkan tidak berbeda nyata kecuali pada kelompok umur PI0 vs PI2 dan PI0 vs PI6 berbeda nyata serta PI0 vs PI8 dan PI2 vs PI8 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.
Hal ini membuktikan bahwa persentase karkas tidak dipengaruhi umur tetapi dipengaruhi oleh bobot hidup, tatalaksana pakan dan minum, pemuasaan sebelum pemotongan, kadar lemak, bobot kulit, jenis kelamin, bangsa dan penyapihan sebagaimana pendapat Pinkerton dan McMillin (2004). Sehingga memungkinkan adanya perbedaan pada kelompok umur PI0 vs PI2; PI0 vs PI6; PI0 vs PI8 dan PI2 vs PI8 dikarenakan faktor-faktor tersebut tidak dapat diketahui secara pasti.



RINGKASAN


Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus yang dilakukan antara 10 Juli – 1 Agustus 2005 pada Rumah Potong Hewan ( RPH ) kecamatan Sukun Kota Malang. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu dipilih kambing PE yang dipotong selanjutnya dikelompokkan berdasarkan umur.penentuan umur dilakukan dengan metode pergantian gigi seri permanent ( PI = Permanent Incisor ) dan dibedakan : PI0 ( umur < 1 tahun ), PI2 ( umur 1 – 1,5 tahun ), PI4 ( umur 1,5 – 2 tahun ), PI6 ( umur 2,5 – 3 tahun ), dan PI8 ( umur 3 – 4 tahun keatas ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kambing PE yang dipotong di RPH kecamatan Sukun, kota Malang rata – rata bobot badan, berat karkas, dan persentase karkasnya berurutan adalah ( 25 + 8 ) kg, ( 12 + 3.5 ) kg, dan ( 46.5 + 7 ) %. Rata – rata bobot badan kambing PE yang dipotong di RPH kecamatan Sukun, kota Malang berdasarkan Umur adalah PI0 ( 21.21 + 6.02 ) kg, PI2 ( 23.28 + 6.25 ) kg, PI4 ( 33.10 + 4.95 ) kg, PI6 ( 38.08 + 1.61 ) kg, dan PI8 ( 35.21 + 8.02 ) kg. sedangkan rata – rata bobot karkas berdasarkan umur adalah PI0 ( 10.01 + 2.67 ) kg, PI2 ( 10.52 + 2.92 ) kg, PI4 ( 15,23 + 2.18 ) kg, PI6 ( 17.12 + 1.69 ) kg, PI8 ( 14.83 + 3.16 ) kg. Pertambahan dan penurunan bobot badan berdasarkan kelompok umur seiring dengan pertambahan dan penurunan bobot karkasnya. Persentase karkas tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan berdasarkan kelompok umur.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah umur tidak berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan persentase karkas. Disarankan bahwa pemotongan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas karkas yang baik perlu diperhatikan umur kambing saat pemotongan dan bobot badannya. Untuk mendapatkan jumlah bobot karkas yang tinggi sebaiknya dilakukan pada kambing umur PI4 dan PI6 serta dipilih dari kambing PE yang memiliki bobot badan yang tinggi pula, sedangkan untuk mendapatkan persentase karkas yang tinggi sebaiknya dipilih kambing PE umur PI0.

Tidak ada komentar: