Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

26 Desember 2008

POTENSI PESONA SAPI 3 BANGSA YANG MASIH PERLU DIKEMBANGKAN guna pencapaian swasembada daging 2010

oleh:
Reza Astika Herrindra
0510510063

Dewasa ini perkembangan ilmu peternakan semakin maju dan inovasi yang dikembangkan pada ilmu terapan ini mulai dapat menggairahkan semangat petani ternak dalam menjalankan usahanya dibidang peternakan. Indonesia yang terkenal dengan potensi wilayahnya yang luas menjanjikan berjuta asa bagi peternak di Indonesia, jika ditunjang oleh peran aktif pemerintah dalam melakukan sosialisasi terhadap ilmu-ilmu dan inovasi-inovasi telah dikembangkan oleh pemerintah melalui departemen-departemen terkait dalam hal peningkatan taraf hidup masyarakat terutama petani ternak di Indonesia.

Petani ternak di Jawa Timur sebagai ujung tombak pergerakan mensukseskan program swasembada daging 2010 yang dicanangkan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, dikarenakan Jawa Timur yang merupakan lumbung ternak nomor satu di Indonesia, diikuti oleh Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan merupakan potensi yang sangat berharga untuk dapat mensukseskan program tersebut. Populasi ternak di Indonesia sekitar 11 juta ekor belum dapat memenuhi kebutuhan daging secara nasional melihat jumlah penduduk Indonesia saat ini kurang lebih 218 juta jiwa belum mampu mencukupi kebutuhan akan daging di negeri ini, maka pemerintah lebih sering import daging dari luar negeri guna mencukupi akan daging di negeri ini dari negara Australia dan New Zealand yang notabene wilayah lebih sempit dibandingkan dengan Indonesia tetapi mereka lebih baik dalam memanajemen potensi ternaknya sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan akan daging di negaranya.

Berkurangnya jumlah populasi ternak pada dekade 5 tahun belakangan ini yang disinyalir penyebabnya ialah faktor ketersediaan lahan yang semakin berkurang dikarenakan terjadinya kompetisi lahan yang digunakan sebagai wilayah tinggal untuk manusia dan faktor inbreeding yang secara tidak disadari telah membuat produksi ternak menjadi turun sehingga secara tidak nyata juga berdampak pada penghasilan petani ternak itu sendiri. Pertumbuhan populasi ternak dapat ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah kelahiran dengan kematian, pemotongan serta penjualan ternak sapi ke luar daerah. Jika hal ini tidak diperhatikan, akan terjadi pengurasan sumber daya ternak yang tidak dibarengi oleh replacement yang sebanding dengan kurasan tersebut. Pemotongan dan pengiriman ternak sapi bibit atau sapi potong yang tidak terkendali hanya untuk memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan konsumsi daging semata dengan mengabaikan perkembangan populasinya akan berdampak pada penurunan mutu ternak, karena ternak berkualitas baik tidak tersisakan untuk pembibitan, melainkan dipotong untuk pemenuhan kebutuhan daging dalam negeri.. Selain itu, terjadinya pemotongan sapi betina produktif mengakibatkan tingkat kelahiran ternak menurun yang berakibat pada jumlah populasi ternak sapi yang semakin menurun, bukan swasembada daging yang akan didapat tetapi malah akan membuat penurunan populasi ternak.
Ketidaktahuan petani ternak akan pengaplikasian teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau yang lazim dikenal dikalangan peternak dengan istilah kawin suntik juga dapat dijadikan penyebakan terjadinya penurunan populasi tersebut. Petani ternak yang ada di Probolinggo misalnya, mereka sudah mengenal apa yang dinamakan IB atau kawin suntik ini, mereka juga sudah terbiasa dengan sapi silangan, sapi yang menjadi primadona saat ini dikalangan peternak ialah silangan sapi lokal sapi putih (red) dengan sapi-sapi dari Bos Taurus misalnya Limousin dan sapi Simmental atau yang lebih dikenal dikalangan petani ternak ini dengan sebutan sapi abang (red). Menjadi primadonanya sapi-sapi eropa (Bos Taurus) ini dikarenakan sapi-sapi tersebut cepat besar dengan produksi dagingnya tinggi membuat para peternak tergiur dan terangsang ingin mengawinkan sapi-sapi mereka dengan sapi abang (red). Namun karena masih kurangnya pengetahuan para peternak tersebut, maka persilangan yang dilakukan masih kurang terarah ujar Pak Lukman yang merupakan ketua peneliti dari Loka Penelitian Sapi Potong (LOLIT SAPO) Grati yang bertempat di kabupaten Pasuruan ini. Dilatar belakangi hal tersebutlah mendorong Dinas Pertanian Sub Dinas Peternakan Probolinggo kemudian mengadakan kerjasama dengan LOLIT SAPO Grati.

Guna mensukseskan pencanangan program swasembada daging 2010 dan peningkatan taraf hidup petani ternak, pemerintah khususnya Litbang Pertanian Kementrian Departemen Pertanian Republik Indonesia menfasilitasi dengan proyek PATAP melalui Loka Penelitian Sapi Potong atau yang lebih di kenal dengan LOLIT SAPO Grati menjalin kerja sama dengan Pemerintah daerah Probolinggo dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian Kota Probolinggo, dimana MOU atau kerja sama tersebut bertujuan untuk menghasilkan sapi potong komersial (commercial stock) hasil persilangan tiga bangsa yang berbeda yaitu bangsa sapi PO (peranakan Ongole), Simmental, dan Limousin. Sedangkan tujuan lain yang ingin dicapai ialah melalui kerjasama ini dapat membentuk dan mengembangkan usaha sapi potong induk pedet (cow calf operation).

Adapun kesepakatan (MOU) yang ditandatangani antara Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian Kementrian Departemen Pertanian Republik Indonesia dengan Pemerintah Daerah Probolinggo ialah. menunjuk Lolit Sapo Grati bersama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas Pertanian Probolinggo sebagai pelaksana lapang dari kerjasama ini. Kerjasama antara 2 pihak ini meliputi penyediaan modal berupa sapi dara calon induk (F1) berupa sapi silangan SIMPO (Simmental cross PO) dan LIMPO (Limousin cross PO) dari dana APBD Probolinggo, dan penyediaan kelompok petani ternak oleh pemerintah daerah Probolinggo, sedangkan pihak Lolit Sapo Grati sebagai penyedia teknologi operasional, tim peneliti dan petugas penyuluh yang terjun langsung ke lapang.

Mekanisme kerjasama ini berawal di pertengahan tahun 2002 dengan dilakukan penelitian dan pencarian dan pengumpulan sapi calon induk yang berjalan dari pertengahan tahun 2002 sampai pertengahan ditahun 2004. sapi yang digunakan sebagai calon induk ialah sapi dara F1 dari silangan Simpo ( Simmental ><><><>< PO) yang dikawinkan dengan Simmental telah meberikan hasil karya nyata dengan menghasilkan pedet yang memiliki peningkatan keunggulan tampilannya (heterosis), pertambahan bobot badan yang tinggi antara 0,7- s/d 0,8 kg minimal 0,5 kg per hari sehingga saat umur 1tahun bobot badan diharapkan dapat mencapai ± 500 kg, ketahanan terhadap penyakit dan ketahanan terhadap cekaman lingkungan terutama cekaman panas yang baik yang cukup jika dibandingkan dengan pedet hasil silangan 2 bangsa tentu sangat berbanding jauh.

Pedet yang dihasilkan biasanya langsung di jual setelah lepas sapih walaupun juga ada yang digemukkan oleh kelompok petani ternak tersebut baru kemudian dijual. Misalnya saja hasil pedet sapi 3 bangsa di kelompok peternak ”sumber rejeki” di desa sumber wetan kecamatan kademangan probolinggo pedet berumur 4 bulan sudah lepas sapih dengan bobot badan 151 kg dihargai 3,5 juta rupiah tentu sangat menggiurkan bagi petani ternak kita melihat pesona potensi dari hasil silangan sapi 3 bangsa ini. Hasil penjualan pedet atau sapi tersebut diberlakukan sistem bagi hasil, dengan 60 % keuntungan untuk peternak dan 40 % untuk dinas. Hal tersebut sangat-sangat membuat petani ternak di kota probolinggo bergairah kembali. Bila melihat potensi sapi 3 bangsa yang begitu mempesona hati tentu hal ini sangat perlu dikembangkan guna pencapaian swasembada daging 2010 yang telah dicanangkan oleh bapak Mentri Pertanian, namun sayang proyek ini harus berakhir di akhir tahun 2006 padahal petani ternak sedikit mulai terangkat taraf kehidupannya dengan diberlakukannya proyek ini. (REZA 05)

PENGUMUMAN UJIAN AKHIR PRAKTIKUM SEMESTER GANJIL 2008/2009

UJIAN AKHIR PRAKTIKUM (UAP) akan dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal

Waktu

Ruang

Mata kuliah


14.00 WIB

6

Dasar Ternak Potong


14.00 WIB

6

Ilmu Produksi Ternak Potong (angkatan lama)

Jum'at /

16 Januari 2009

14.30 WIB

6

Ilmu Produksi Ternak Potong (07)

kelas A


15.30 WIB

6

Ilmu Produksi Ternak Potong (07)

kelas B


08.00 WIB

LAB POTONG

MANAJEMEN TERNAK POTONG





TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA, KAMI UCAPKAN SEMANGAT, DAN OPTIMALKAN UAP TERSEBUT UNTUK DAPAT MENGANGKAT NILAI AKHIR PRAKTIKUM ANDA.


TETAP SEMANGAT !!!!!!





MALANG, 27 DESEMBER 2008


ttd

Asisten Ternak Potong / Kerja

24 Desember 2008

BANGSA SAPI


A. Sejarah Singkat

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.

B. Klasifikasi

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok Bos primigenius sapi tanpa punuk, yang tersebar di daerah sub tropis atau dikenal Bos Taurus.

Seiring perkembangan tehnologi sampai sekarang diperkirakan terdapat lebih dari 300 bangsa sapi potong. Semua sapi domestik berasal dari Bos taurus dan Bos indicus. Keluarga baru yang termasuk semua tipe sapi domestik dan famili Bovidae. Untuk lebih jelasnya klasifikasi sapi secara zoologis adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Clas : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Sub Ordo : Ruminansia

Family : Bovidae

Genus : Bos

Species : Bos taurus dan Bos indicus

C. Bangsa Bangsa Sapi di Dunia

Sapi-sapi yang tersebar di seluruh dunia, diperkirakan berasal dari persilangan enam kelompok leluhur bangsa sapi, yakni :

NO

Spesies

Keterangan

1 Bos akeratos Kelompok bangsa sapi yang tidak bertanduk

berasal dari Eropa Utara.

2 Bos brachicephalus Bangsa sapi dengan kepala pendek, oleh

para akhli digolongkan sebagai leluhur

bangsa-bangsa Hereford, Devon, dan Sussex.

3 Bos frontosus Berhubungan dengan bangsa Simmental dan

bangsa-bangsa lain dari Swiss dan Jerman.

4 Bos longifrons Sering disebut sebagai sapi Celtic dengan ukuran badan relatif kecil, kemungkinan merupakan leluhur bangsa Brown Swiss.
5 Bos nomadicus Berkaitan dengan sapi-sapi di India.
6 Bos primigenius Sapi raksasa (Auroch) yang merupakan

leluhur sapi Shorthorn.

Setelah melalui perkembangan dan persilangan yang sangat panjang, maka diperoleh kurang lebih 247 jenis bangsa-bangsa sapi, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bangsa-Bangsa Sapi Potong Di Dunia Dan Pengembangannya

Eropa

Asia

Amerika

Afrika

Bangsa eksotik

AngusHereford

Shorthorn

Milking-

Shorthorn

Red Poll

Devon

South-

Devon

Brahman, Bali,Damaskus,

Gir, Hariana,

Ongole,

Peranakan

Ongole, Thai,

Red Sindhi,

Sahiwal,

Tharparkar,

Halikar,

Madura, Oksh,

Aden, Iraqi,

Lebanese-

Zebu,

Shorthorn-

Zebu, Chinese

Yellow,

Batangas,

Taiwan Zebu,

Burmese,

Kouprey

Amerifax,Ankina

Santa Gertu dis

Beefmaster

Brangus,

Braford

Charbray

Red Brangus

Polled Hereford

Polled Shorthorn

Barzona, Braler

Simbrah

Jamaica Red

Poll

Jamaica Hope

Romo Sinuano

Indu Brazil

Criollo,

Nelthropp

N’dama,Sakoto

Dwarf

Shorthorn

White Fulani

Sudanese,

Zebu

Boran

Small East

Africa,

Mashona

Bukedi, Ankole

Angoni, Libyan

Brown Atlas

Egyptian

Meknes-

BlackPied

Ankole Watusi, BeefFreisian, Blonde,

D’Aquitaine, Brown

Swiss, Charolais,

Chianina, Galloway,

Gascone, Gelbvieh,

Hays Conventer,

Limousin, Lincoln

Red, Longhorn,

Luing, Maine Anjou,

Marchigiana, Meuse

Rhine Issel, Murray

Grey, Normande,

Norwegian Red,

Piedmont, Pinzgauer,

Romagnola, Salers,

Scotch Higland,

Simmental, Musk Ox,

White Park, Welsh

Black, Tarentaise,

Beefalo, Sussex

D. Bangsa Bangsa Sapi yang Penting di Ketahui

Bangsa

Ciri ciri

Karakteristik

Angus

(Skotlandia

Timur)

Warna hitam.

Tidak bertanduk.

Disilang dengan Sapi Longhorn untuk meningkatkan produksi daging. Fertilitas tinggi. Tahan suhu dingin. Kualitas karkas sangat baik, persentase karkas tinggi, perdagingan istimewa dan persentase lemak rendah.
AYRSHIRE

(Skotlandia

Selatan)

Warna putih dengan bercakbercak belang kemerahan atau belang kecoklatan, tanduk agak

panjang, lurus ke bagian atas

Temperamen tenang walau tidak setenang FH, cukup cepat dewasa, adaptasi terhadap padang rumput yang jelek cukup baik, rajin merumput. Produksi susu mencapai 3.500 liter per laktasi.
BALI

(Pulau Bali)

Warna merah, keemasan,

kadang coklat tua. Bibir, kaki, dan ekor hitam. Kaki dari lutut ke bawah putih, di bawah paha dan bagian oval putih yang sangat jelas pada pantat. Pada punggung selalu terdapat garis hitam yang sangat jelas, dari bahu berakhir di atas ekor. Warna jantan lebih gelap. Bulu jadi coklat tua/hitam setelah dewasa. Waktu lahir anak berwarna coklat kemerahan dengan warna khas pada bagian belakang kaki. Warna hitam hilang dan coklat kemerahan kembali pada jantan yang kebiri. Tanduk besar tumbuh ke samping atas dan runcing. Betina bertanduk dan bergelambir kecil.

Tipe dwiguna (potong dan kerja). Persentase karkas tinggi. Mempunyai kesuburan yang tinggi (lebih baik dibandngkan sapi Zebu). Toleransi yang baik terhadap makanan yang sangat buruk.
BRAHMAN

American-

Brahman

(Amerika)

Warna abu-abu muda, totol-totol

sampai hitam. Jantan lebih

gelap dibanding dengan betina

pada leher, bahu, paha, dan

panggul. Anak berbulu merah

saat lahir, lalu berubah cepat

jadi abu-abu. Jarak tanduk

lebar, tebal, panjang sedang.

Tanduk betina lebih tipis.

Gelambir besar dan berpunuk.

Campuran 3 bangsa sapi

India, yaitu Gir, Guzerat, dan

Nellore. Tahan pada kondisi

tatalaksana seadanya,

penyakit, dan parasit.

Toleransi yang tinggi

terhadap panas. Disilangkan

dengan bangsa lain

menghasilkan keturunan

dengan tingkat hybrid vigor

yang paling tinggi. Tidak

tahan pada suhu rendah,

masak lambat, dan fertilitas

rendah.

BROWN

SWISS (Swiss)

Warna bervariasi, mulai warna

muda sampai gelap, sawo

matang, bagian mulut dan

sekitar tulang belakang

warnanya lebih muda, warna

hidung dan kaki hitam.

Mudah dipelihara, jinak.

Produksi susu mencapai

4.000 liter per laktasi.

FH (Fries Holland)

(Belanda)

Warna hitam-putih (belang),

putih segi tiga pada dahi, lambat

dewasa

Populasi sapi perah terbesar

di dunia, daya adaptasi

tinggi, produksi susu 4.500-

5.000 liter per laktasi.

HEREFORD

(Herefordshire)

Warna putih pada bagian muka,

leher, brisket, flank, switch serta

di bawah lutut. Warna merah

pada bagian lain. Arah tumbuh

tanduk ke bawah dan ke dalam.

Produksi susu rendah.

Rentan terhadap cancer eye

dan pink eye.

Kemampuan merumput,

adaptasi, efisiensi reproduksi

baik.

Banyak kasus prolapsus

uteri.

Perdagingan tebal.

JERSEY

(Inggris)

Warna tidak seragam abu-abu

sampai keputih-putihan, coklat

muda-kekuningan, coklat muda

kemerahan, bagian tertentu

berwarna putin, warna sapi

jantan lebih gelap dibandingkan

betina.

Sensitif dan tidak tenang,

terutama menghadapi

perubahan lingkungan,

penanganan harus dilakukan

dengan lembut. Produksi

susu 2.500 liter per laktasi.

ONGOLE

Nellore

(Madras)

Warna putih, jantan abu-abu

gelap pada kepala, leher,

punggung, kadang hitam pada

mulut. Tanduk pendek, gemuk,

tumbuh ke belakang dan ke

luar. Gelambir berdaging, besar,

menggantung berlipat meluas

ke gantungan pusar dan

berpunuk.

Tipe triguna (potong - perah

- kerja)

Mempunyai hubungan erat

dengan Hariana.

SANTA

GERTRUDIS

(Texas)

Warna merah jambu pekat.

Tanduk pendek, kadang tidak

bertanduk.

Gelambir kecil. Jantan berpunuk

sedang, betina tidak berpunuk.

Hasil persilangan 3/8 Zebu

dengan 5/8 Shorthorn.

Toleransi baik pada suhu

dingin maupun panas, tahan

terhadap caplak.

SHORTHORN

(Timur Laut

Inggris)

Warna bulu khas yaitu merah,

putih, kecoklatan (roan), dan

kombinasi ketiganya.

Tanduk pendek.

Produksi susu tinggi.

Pertumbuh-an sangat baik

pada pemelihara-an feedlot.

Kualitas karkas kurang baik

bila diberi bijian setelah

mencapai bobot potong.

E. Sapi Potong di Indonesia

Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Sapi Bali

Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

2. Sapi Ongole

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

3. Sapi Brahman

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

4. Sapi Madura

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

5. Sapi Limousin

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

6. Sapi Simmental

merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih.

Berdasarkan riset, sapi potong di indonesia yang biasa diternakkan adalah peranakan ongole dan simmental. Peranakan ongole (sapi PO) dipilih karena daya adaptasi tinggi, tahan terhadap caplak, namun produksi daging tidak sebegitu tinggi daripada simmental. Sapi ini sebenarnya tipe pekerja, namun di indonesia memang sapi inilah pilihan yang banyak. Sedangkan simmental digunakan karena dagingnya yang lebih tinggi (biasanya sih 600-800 kg). Kelemahannya, karena merupakan sapi luar yang disilangkan dengan sapi lokal, adaptasi memang tidak sebagus seperti sapi lokal lainnya. Juga masalah pakan harus diperhatikan.